Teknik Cara Budidaya Duku – FATIH-IO
Nama lain duku antara lain langsat, kokosan, pisitan, celoring dan
lain-lain. Duku bervariasi dalam sifat-sifat pohon dan buahnya sehingga
ahli memisah-misahkannya ke dalam jenis-jenis (spesies) yang berlainan.
Untuk mengetahui lebih lengkapnya tentang budidaya buah duku dapat disimak di bawah ini.
Budidaya Duku
1. SEJARAH DUKU
Duku (Lansium domesticum Corr) merupakan
tanaman buah berupa pohon yang berasal dari Indonesia. Sekarang
populasi duku sudah tersebar secara luas di seluruh pelosok nusantara.
Selain itu ada yang menyebutkan duku berasal dari Asia Tenggara bagian
Barat, Semenanjung Thailand di sebelah Barat sampai Kalimantan di
sebelah Timur. Jenis ini masih dijumpai tumbuh liar/meliar kembali di
wilayah tersebut dan merupakan salah satu buah-buahan budidaya utama.
2. JENIS TANAMAN DUKU
Jenis duku yang banyak ditanam di Indonesia adalah jenis duku unggul seperti duku komering, duku metesih dan duku condet.
3. MANFAAT TANAMAN DUKU
Manfaat utama tanaman duku sebagai
makanan buah segar atau makanan olahan lainnya. Bagian lain yang
bermanfaat adalah kayunya yang berwarna coklat muda keras dan tahan
lama, digunakan untuk tiang rumah, gagang perabotan dan sebagainya.
Kulit buah dan bijinya dapat pula dimanfaatkan sebagai obat anti diare
dan obat menyembuhkan demam. Sedangkan kulit kayunya yang rasanya sepet
digunakan untuk mengobati disentri, sedangkan tepung kulit kayu
digunakan untuk menyembuhkan bekas gigitan kalajengking.
4. SENTRA PENANAMAN DUKU
Di Indonesia duku terutama ditanam di daerah Jawa (Surakarta), Sumatera (Komering, Sumatera Selatan) dan Jakarta (Condet).
5. SYARAT TUMBUH TANAMAN DUKU
5.1. Iklim yang cocok untuk budidaya duku
Angin tidak terlalu mempengaruhi
pertumbuhan dari tanaman duku tetapi tidak dapat tumbuh optimal di
daerah yang kecepatan anginnya tinggi. Tanaman duku umumnya dapat tumbuh
di daerah yang curah hujannya tinggi dan merata sepanjang tahun.
Tanaman duku tumbuh secara optimal di daerah dengan iklim basah sampai
agak basah yang bercurah hujan antara 1500-2500 mm/tahun. Tanaman duku
tumbuh optimal pada intensitas cahaya matahari tinggi. Tanaman duku
dapat tumbuh subur jika terletak di suatu daerah dengan suhu rata-rata
19 derajat C. Kelembaban udara yang tinggi juga dapat mempercepat
pertumbuhan tanaman duku, sebaliknya jika kelembaban udara rendah dapat
menghambat pertumbuhan tanaman duku.
5.2. Media Tanam Duku
Tanaman duku dapat tumbuh baik sekali
pada tanah yang banyak mengandung bahan organik, subur dan mempunyai
aerasi tanah yang baik. Sebaliknya pada tanah yang agak sarang/tanah
yang banyak mengandung pasir, tanaman duku tidak akan berproduksi dengan
baik apabila tidak disertai dengan pengairan yang cukup. Derajat
keasaman tanah (pH) yang baik untuk tanaman duku adalah 6–7, walaupun
tanaman duku relatif lebih toleran terhadap keadaan tanah masam. Di
daerah yang agak basah, tanaman duku akan tumbuh dan berproduksi dengan
baik asalkan keadaan keadaan air tanahnya kurang dari 150 m di bawah
permukaan tanah (air tanah tipe a dan tipe b). Tetapi tanaman duku tidak
menghendaki air tanah yang menggenang karena dapat menghambat
pertumbuhan dan produksi tanaman. Tanaman duku lebih menyukai tempat
yang agak lereng karena tanaman duku tidak dapat tumbuh optimal pada
kondisi air yang tergenang. Sehingga jika tempatnya agak lereng, air
hujan akan terus mengalir dan tidak membentuk suatu genangan air. 5.3.
Ketinggian Tempat Umumnya tanaman duku menghendaki lahan yang memiliki
ketinggian tidak lebih dari 650 m dpl.
6. PEDOMAN BUDIDAYA DUKU
6.1. Pembibitan Duku
1) Persyaratan Benih Duku
Kualitas bibit tanaman duku yang akan
ditanam sangat menentukan produksi duku. Oleh sebab itu bibit duku harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
- Bebas dari hama dan penyakit
- Bibit mempunyai sifat genjah
- Tingkat keseragaman penampakan fisik seperti warna, bentuk dan ukuran lebih seragam dari bibit lain yang sejenis
- Bibit cepat tumbuh.
2) Penyiapan Benih
Perbanyakan dan penanaman duku umumnya
masih diperbanyak dengan benih atau dari semai yang tumbuh spontan di
bawah pohonnya, kemudian dipelihara dalam pot sampai tinggi hampir 1
meter dan sudah dapat ditanam di lapangan. Sehingga tingkat keberhasilan
perbanyakan generatif cukup tinggi walaupun memerlukan waktu yang
relatif lama. Daya perkecambahan dan daya tahan semai akan lebih baik
sejalan dengan ukuran benih dan hanya benih-benih yang berukuran besar
yang hendaknya digunakan dalam usaha pembibitan. Pertumbuhan awal semai
itu lambat sekali, dengan pemilihan yang intensif diperlukan waktu 10–18
bulan agar batang duku berdiameter sebesar pensil, yaitu ukuran yang
cocok untuk usaha penyambungan atau penanaman di lapangan, tetapi di
kebanyakan pembibitan untuk sampai pada ukuran tersebut diperlukan waktu
2 kali lebih lama. Perbanyakan dengan stek dimungkinkan dengan
menggunakan kayu yang masih hijau, namun memerlukan perawatan yang
teliti. Terkadang cabang yang besar dicangkok, sebab pohon ynag
diperbanyak dengan cangkokan ini dapat berbuah setelah beberapa tahun
saja, tetapi kematian setelah cangkokan dipisahkan dari pohon induknya
cenderung tinggi presentasenya.
3) Teknik Penyemaian Benih Duku
Waktu penyemaian benih sebaiknya pada
musim hujan agar diperoleh keadaan yang selalu lembab dan basah.Cara
pembuatan media penyemaian dapat berupa tanah yang subur/campuran tanah
dan pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) dengan perbandingan sama
(1:1). Jika perlu media tanam dapat ditambahkan sedikit pasir. Tempat
persemaian bisa berupa bedengan, keranjang/kantong plastik atau polybag.
Tetapi sebaiknya tempat untuk persemaian menggunakan kantong plastik
agar mempermudah dalam proses pemindahan bibit.
4) Pemeliharaan Pembibitan/Penyemaian
Bibit duku tidak memerlukan perawatan
khusus kecuali pemberian air yang cukup terutama pada musim kemarau.
Selama 2 atau 3 minggu sejak bibit duku ditanam perlu dilakukan
penyiraman dua kali setiap hari yaitu pagi dan sore hari, terutama pada
saat tidak turun hujan. Selanjutnya cukup disiram satu kali setiap hari.
Kalau pertumbuhannya sudah benar-benar kokoh, penyiraman cukup
dilakukan penyiraman secukupnya jika media penyemaian kering. Penyulaman
pada bibit diperlukan jika ada bibit yang mati maupun bibit yang
pertumbuhannya terhambat. Rumput liar yang mengganggu pertumbuhan bibit
juga hrus dihilangkan. Untuk meningkatkan pertumbuhan bibit perlu diberi
pupuk baik pupuk organik berupa pupuk kandang dan kompos maupun pupuk
anorganik berupa pupuk TSP dan ZK sesuai dengan dosis dan kadar yang
dianjurkan.
5) Pemindahan Bibit Duku
Umur bibit yang siap tanam adalah
sekitar 2-3 bulan dengan tinggi bibit 30-40 cm. Kegiatan pemindahan
bibit harus memperhatikan kondisi fisik bibit waktu yang tepat
6.2. Pengolahan Media Tanam Duku
1) Persiapan
Sebelum dilakukan pengolahan lahan perlu
diketahui terlebih dahulu tingkat pH tanah yang sesuai untuk tanaman
duku, yaitu sebesar 6-7. Selain itu kondisi tanah yang akan diolah juga
harus sesuai dengan persyaratan tumbuh tanaman duku yaitu tanah yang
mengandung banyak bahan organik serta airase tanah yang baik.
2) Pembukaan Lahan
Kegiatan pembukaan lahan dapat dilakukan
dengan menggunakan alat bantu seperti traktor maupun cangkul. Pembukaan
laahan sebaiknya dilakukan pada waktu musim kering agar pada awal waktu
musim hujan kegiatan penanaman dapat dilakukan segera.
3) Pembentukan Bedengan
Pembentukan bedengan tidak terlalu
diperlukan delam pengolahan lahan untuk tanaman duku, sehingga bedengan
jarang dijumpai pada lahan tanaman duku.
4) Pengapuran
Kegiatan pengapuran sangat diperlukan
jika kondisi pH tanah tidak sesuai dengan persyaratan pH tanah untuk
tanaman duku. Cara pengapuran dapat dilakukan dengan penyiraman di
sekitar tanaman duku. Jumlah dan dosis pengapuran harus sesuai dengan
kadar yang dianjurkan.
6.3. Teknik Penanaman Duku
1) Penentuan Pola Tanam Duku
Pohon duku umumnya di tanam di
pekarangan, tetapi sering pula ditanam tumpang sari di bawah pohon
kelapa (di Filipina) atau ditumpang sarikan dengan tanaman lain seperti
pohon manggis dan durian (di Indonesia dan Thailand). Jarak tanam yang
dianjurkan sangat bervariasi dari jarak 8×8 m (kira-kira 150 pohon/ha,
di Philipina) sampai jarak 12×12 m untuk tipe longkong yang tajuknya
memencar di Thailand bagian selatan (50-60 pohon/hektar). Jarak tanam
ini ditentukan dengan memperhatikan adanya pohon-pohon pendampingnya.
Variasi jarak tanam yang lain adalah
ukuran 7×8 m, 8×9 m, 9×9 m, 9×10 m. Namun hal yang perlu diperhatikan
adalah jarak tanam harus cukup lebar, karena jika tanamannya sudah
dewasa tajuknya membutuhkan ruangan yang cukup luas. Salah satu variasi
tersebut dapat diterapkan tergantung kondisi tanah terutama tingkat
kesuburannya. Seandainya diterapkan jarak tanam 10×10 m, berarti untuk
lahan yang luasnya satu hektar akan dapat ditanami bibit duku sebanyak
100 pohon.
2) Pembuatan Lubang Tanam Duku
Setelah jarak tanam ditentukan, maka
langkah selanjutnya adalah pembuatan lubang tanam. Waktu yang terbaik
untuk membuat lubang tanam adalah sekitar 1-2 bulan sebelum penanaman
bibit. Lubang tanam minimal yang dibuat adalah berukuran 0,6 x 0,6 x 0,6
meter. Namun akan lebih baik apabila ukurannya lebih besar yaitu 0,8 x
0,8 x 0,7 meter. Jika bibit duku yang akan ditanam berakar panjang
(bibit dari biji), maka lubang yang dibuat harus lebih dalam. Tetapi
jika bibit duku berakar pendek (bibit hasil cangkok), penggalian lubang
diusahakan lebih lebar dan lebih luas.
3) Cara Penanaman Duku
Penanaman bibit duku sebaiknya menunggu
sampai tanah galian memadat atau tampak turun dari permukaan tanah
sekitarnya. Sebelum penanaman dilakukan, maka tanah pada lubang tanam
digali terlebih dahulu dengan ukuran kira-kira sebesar kantung yang
dibuat untuk membungkus bibit. Setelah itu pembungkus bibit dibuka dan
tanaman dimasukkan dlam lubang tanam. Hal yang perlu diperhatikan adalah
posisi akar tidak boleh terbelit sehingga nantinya tidak mengganggu
proses pertumbuhan. Pada saat penanaman bibit, kondisi tanah harus
basah/disiram dahulu. Penanaman bibit duku jangan terlalu dangkal.
Selain itu permukaan tanah yang dibawa oleh bibit dari kantung
pembungkus harus tetap terlihat. Setelah bibit tanam, maka tanah yang
ada disekitarnya dipadatkan dan disiram dengan air secukupnya. Disekitar
permukaan atas lubang tanam dapat diberi bonggol pisang, jerami, atau
rumput-rumputan kering untuk menjaga kelembaban dan menghindari
pengerasan tanah.
6.4. Pemeliharaan Tanaman Duku
1) Penjarangan dan Penyulaman
Kegiatan penjarangan pada dasarnya
adalah untuk mengurangi persaingan antara tanaman pokok (tanaman duku)
dan tanaman lain (tanaman pelindung). Persaingan yang terjadi adalah
untuk mendapatkan unsur hara, air, sinar matahari, dan ruang tumbuh.
Tanaman selain duku yang dijarangi sebaiknya merupakan tanaman yang
memang tidak dikehendaki dan menggangu pertumbuhan tanaman duku.
Penyulaman tanaman duku juga perlu dilakukan jika ada tanaman duku yang
mati. Tumbuhan liar atau gulma juga harus dibersihkan secara rutin.
Radius 1-2 meter dari tanaman duku harus bersih.
2) Penyiangan
Kegiatan penyiangan diperlukan untuk
menghilangkan rumput dan herba kecil yang dapat mengganggu pertumbuhan
Tanaman duku. Penyiangan dapat dilakukan dengan tangan maupun dengan
bantuan beberapa alat pertaniannya
lainnya.
lainnya.
3) Pemupukan
Pemupukan sangat diperlukan untuk
meningkatkan ketersediaan hara tanah. Meskipun tidak ada pedoman baku
untuk pemupukan duku, tetapi agar tidak membingungkan dapat menggunakan
patokan sebagai berikut:
Tahun kedua dan ketiga untuk setiap
pohon duku bisa diberikan pupuk 15-30 kg pupuk organik, urea 100 gram,
TSP 50 gram dan ZK 20 gram.
Tahun keempat, kelima dan keenam, dosis pupuk dinaikan menjadi 25-40 kg pupuk organik, urea 150 gram, TSP 60 gram dan juga pupuk ZK sebanyak 40 gram.
Tahun-tahun berikutnya dosis pupuk dinaikkan lagi. Namun pemberian pupuk sebaiknya disesuaikan pula dengan tingkat pertumbuhan tanaman duku dan kesuburan tanah. Pemupukan duku dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar tanaman duku sedalam 30-50 cm dengan lebar yang sama. Lubang pupuk tersebut dibuat melingkar yang letaknya tepat disekeliling tajuk tanaman.
Tahun keempat, kelima dan keenam, dosis pupuk dinaikan menjadi 25-40 kg pupuk organik, urea 150 gram, TSP 60 gram dan juga pupuk ZK sebanyak 40 gram.
Tahun-tahun berikutnya dosis pupuk dinaikkan lagi. Namun pemberian pupuk sebaiknya disesuaikan pula dengan tingkat pertumbuhan tanaman duku dan kesuburan tanah. Pemupukan duku dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar tanaman duku sedalam 30-50 cm dengan lebar yang sama. Lubang pupuk tersebut dibuat melingkar yang letaknya tepat disekeliling tajuk tanaman.
4) Pengairan dan Penyiraman
Tanaman duku hanya memerlukan pemberian
air yang cukup terutama pada musim kemarau. Selain itu juga tanaman duku
sudah cukup kuat dan kokoh maka penyiraman dilakukan seperlunya saja.
Di sekitar lubang tanam sebaiknya dibuat saluran air untuk mencegah air
yang tergenang baik yang berasal dari hujan maupun air penyiraman.
7. HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN DUKU
7.1. Hama Tanaman Duku
1) Kelelawar
Buah duku yang diincar kelelawar adalah buah duku yang matang dan siap dipanen.
Pengendalian: untuk mencegah gangguan
kelelawar ini adalah dengan membungkus buah duku sejak buah itu
berukuran kecil. Bahan pembungkus dapat berupa ijuk tanaman aren, kain
bekas, bongsang yang terbuat dari anyaman bambu.
2) Kutu perisai (Asterolecantium sp.)
Hama ini menyerang daun dan batang duku.
Pengendalian:
dengan cara pemeliharaan dan perawatan tanaman sebaik mungkin;
menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya.
3) Kumbang penggerak buah (Curculio sp.)
menggunakan insektisida yang sesuai dengan jenis hama yang mengganggunya.
3) Kumbang penggerak buah (Curculio sp.)
Gejala: menyerang buah duku yang sudah
matang, sehingga buah duku berlubang dan busuk bila air hujan masuk ke
dalamnya. Pengendalian: sama kutu perisai.
4) Kutu putih (Psedococcus lepelleyi)
Hama yang menutupi kuncup daun dan daun muda buah duku. Pengendalian: sama kutu perisai.
7.2. Penyakit Tanaman Duku
1) Penyakit busuk akar
Merupakan penyakit yang berbahaya karena menyerang pohon dan buah duku.
Pengendalian:
dengan pemeliharaan tanaman yang baik;
disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
2) Penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods)
disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
2) Penyakit antraknosa (Colletotrichum gloeosporiods)
Gejala: adanya bintik kecoklatan pada
rangkaian buah, serangan ini menyebabkan buah berguguran lebih awal dan
juga menyebabkan kerugian pasca panen.
Pengendalian:
dengan pemeliharaan tanaman yang baik;
disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
disemprot dengan fungisida sesuai dengan peruntukannya masing-masing obat.
3) Penyakit mati pucuk
Penyebab: cendawan Gloeosporium sp. menyerang ujung cabang dan ranting yang nampak kering.
Pengendalian:
dengan pemeliharaan tanaman yang baik;
dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti Manzate, Zerlate, Fermate, Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat pemberantasan penyakit ini harus disesuaikan dengan anjuran pada label masing-masing obat.
dilakukan dengan disemprot dengan fungisida seperti Manzate, Zerlate, Fermate, Dithane D-14 atau pestisida lain. Dosis untuk obat pemberantasan penyakit ini harus disesuaikan dengan anjuran pada label masing-masing obat.
7.3. Gulma
Adanya gulma seperti rumput liar dan
alang-alang dapat menghambat pertumbuhan tanaman duku. Gulma ini harus
dihilangkan dengan cara penyiangan dan untuk mencegah gulma ini dapat
digunakan obat-obatan kimia.
8. PANEN DUKU
8.1. Ciri dan Umur Panen Duku
Umur tanaman duku dapat mencapai 300
tahun atau lebih, tergantung dari sifat atau jenisnya, cara pemeliharaan
dan kondisi lingkungan tempat tumbuh. Produktivitas buahnya yang siap
panen juga sangat dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut. Buah duku
yang siap dipanen biasanya kulit buah berwarna kuning kehijau-hijauan
bersih dan bahkan telah menjadi kuning keputih-putihan serta buah agak
lunak. Tanda-tanda lainnya adalah getah pada kulit buahnya sudah tampak
berkurang atau tidak ada getah sama sekali pada kulit buah duku, jika
buah masih berwarna hijau berarti buah belum matang dan tidak siap
dipanen. Tanaman duku yang diperbanyak dengan biji, biasanya mulai
berbunga sekaligus berbuah pada umur tanaman 12 tahun bahkan lebih.
Sedangkan untuk tanaman duku yang pembibitannya secara vegetatif seperti
pencangkokkan atau sambungan dapat berbuah lebih cepat yaitu pada umur 8
tahun.
8.2. Cara Panen Duku
Buah duku biasanya dipanen dengan cara
dipanjat pohonnya dan dipotongi tandan–tandan buahnya yang matang dengan
pisau atau gunting pangkas. Hendaklah berhati-hati agar tidak melukai
bagian batang tempat menempelnya gagang tandan, sebab perbungaan
berikutnya juga akan muncul disitu juga. Kenyataannya, daripada memanjat
pohonnya lebih baik menggunakan tangga, sebab tindakan demikian akan
mengurangi kerusakan kuncup-kuncup bunga yang masih dominan. Diperlukan 4
atau 5 kali pemanenan sampai semua buah habis dipetik dari pohon. Hanya
pemetikan buah yang matang, yang ditaksir dari perubahan warna, yang
akan sangat memperbaiki kualitas buah. Umumnya buah yang berada dalam
satu tandan akan matang hampir bersamaan, tetapi jika proses pematangan
tidak bersamaan, akan sangat menyulitkan pemanenan. Buah duku harus
dipanen dalam kondisi kering, sebab buah yang basah akan berjamur jika
dikemas.
8.3. Periode Panen Duku
Pada umumnya, tanaman duku mulai
berbunga sekitar bulan September dan Oktober setiap tahunnya dan buahnya
yang masak mulai dapat dipungut setelah 6 bulan kemudian sejak
keluarnya bunga, yaitu sekitar bulan Februari atau Maret. Penyerbukan
bunga duku biasanya terjadi secara silang oleh perantaraan serangga
seperti lebah madu, walupun penyerbukan sendiri sering pula terjadi.
Masa keluarnya bunga duku yang pertama tergantung pada kondisi
lingkungan dan sifat/jenis dari tanaman duku tersebut.Musim panen duku
pendek sekali, buah langsat matang sedikit lebih awal dari buah duku. Di
daerah tertentu tipe buah duku-langsat menghasilkan 2 kali panen
pertahun (walupun tidak jelas apakah masing-masing pohon berbuah lebih
dari sekali setiap tahunnya), dan waktu panen itu juga bervariasi untuk
berbagai daerah, sehingga di pasar-pasar induk buah duku dapat diperoleh
selama 4 bulan (di Thailand dan Filiphina pada bulan Juli sampai
Oktober) sampai 8 bulan (di Semenanjung Malaysia pada bulan Juni sampai
Februari).
8.4. Prakiraan Produksi
Hasil Panen buah duku agak bervariasi.
Suatu kecenderungan adanya 2 kali berbuah telah dilaporkan di Filiphina.
Pohon duku yang berumur 10 tahun dapat menghasilkan 40-50 kg, buah duku
meningkat menjadi 80–150 kg pada umur pohon 30 tahun, hasil maksimumnya
menurut laporan yang ada mencapai 300 kg per pohon. Angka-angka
mengenai luasan lahan dan produksi tersebut di atas jika dihitung
menjadi hasil rata-rata akan diperoleh angka 2,5 ton per hektar untuk
negara. Filiphina dibandingkan dengan 3,6 ton per hektar untuk langsat
dan 5,6 ton per hektar untuk duku di Thailand.
9. PASCAPANEN DUKU
9.1. Pengumpulan
Setelah buah dipanen, maka buah duku tersebut dikumpulkan disuatu tempat yang kering dan tidak berair.
9.2. Penyortiran dan Penggolongan
Dalam skala usaha komersial, buah duku
yang sudah dipanen sudah barang tentu harus disortir terlebih dahulu.
Sortasi terutama dilakukan berdasarkan ukuran besar kecilnya buah duku,
sekaligus membuang buah yang busuk atau cacat dan menyingkirkan
tandannya. Buah duku tidak biasa dijual bersama dengan tandannya, karena
ada orang yang senang membeli buah duku tanpa disertai tandannya.
9.3. Penyimpanan
Duku merupakan buah yang sangat mudah
rusak karena kulit buahnya akan berubah menjadi coklat dalam 4 atau 5
hari setelah dipanen. Buah dapat dibiarkan dipohonnya selama beberapa
hari menunggu sampai tandan-tandan lainnya juga matang, tetapi walau
masih berada dipohonnya buah-buah itu tetap berubah menjadi coklat dan
dalam waktu yang pendek tidak akan laku dijual di pasar. Sehingga
diperlukan adanya proses penyimpanan dalam kamar pendingin dengan suhu
15°C dan kelembaban nisbi 85-90 % dapat memungkinkan buah bertahan
sampai 2 minggu, jika buah-buah itu direndam dulu dalam larutan Benomil.
9.4. Pengemasan dan Pengangkutan
Buah duku mudah sekali mengalami
kerusakan yang tidak berbeda dengan buah-buahan lain pada umumnya. Untuk
mengatasi kemungkinan adanya kerusakan pada buah duku, terutama
kerusakan pada waktu perjalanan, maka buah duku itu harus dikemas
sedemikian rupa dengan menggunakan kemasan yang kuat. Jenis kemasan yang
paling baik untuk buah duku adalah peti kayu. Ukuran kemasan jangan
terlalu kecil atau besar, tetapi sebaiknya berukuran lebih kurang 30 x
30 x 50 cm yang dapat memuat buah duku sekitar 20 kg per peti. Setelah
buah duku dikemas dalam kemasan yang baik maka kemasan itu dikumpulkan
pada suatu tempat atau gudang untuk kemudian diangkut dengan alat
transportasi.
10. DAFTAR PUSTAKA BUDIDAYA DUKU
AAK. 1991. Bertanam Pohon Buah-buahan 2. Kanisius. Yogyakarta
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1991. Invertasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta.
Daryanto. 1985. Bercocok Tanam Buah-buahan. Aneka Ilmu. Semarang.
Lutony, Tony Luqman. 1993. Duku Potensi dan Peluangnya, kanisius.
NN , 1990. Tanamn Duku Menunggu Pengembangan, Dalam Rubrik Informasi Wiraswasta harian umum Pikiran Rakyat Granesia. Bandung.
Majalah Salera, 1991. Mengenal Duku yang Sedang Laku, Edisi Februari 1991. Sarana Vida Widya. Jakarta.
Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan Yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta
Tohir, A.K. 1983. Pedoman Bercocok Tanamn Buah-buahan. Pradyaoaramita. Jakarta.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Sumber online dari teknik cara budidaya duku adalah http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=2&doc=2a5.
Badan Agribisnis Departemen Pertanian. 1991. Invertasi Agribisnis Komoditas Unggulan Tanaman Pangan dan Holtikultura. Kanisius. Yogyakarta.
Daryanto. 1985. Bercocok Tanam Buah-buahan. Aneka Ilmu. Semarang.
Lutony, Tony Luqman. 1993. Duku Potensi dan Peluangnya, kanisius.
NN , 1990. Tanamn Duku Menunggu Pengembangan, Dalam Rubrik Informasi Wiraswasta harian umum Pikiran Rakyat Granesia. Bandung.
Majalah Salera, 1991. Mengenal Duku yang Sedang Laku, Edisi Februari 1991. Sarana Vida Widya. Jakarta.
Natawidjaja, P. Suparman. 1983. Mengenal Buah-buahan Yang Bergizi. Pustaka Dian. Jakarta
Tohir, A.K. 1983. Pedoman Bercocok Tanamn Buah-buahan. Pradyaoaramita. Jakarta.
Sumber : Sistim Informasi Manajemen Pembangunan di Perdesaan, BAPPENAS
Sumber online dari teknik cara budidaya duku adalah http://www.iptek.net.id/ind/warintek/?mnu=6&ttg=2&doc=2a5.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar